Vape Bisa Menyebabkan Meningkatnya Peradangan pada Sel
A
A
A
JAKARTA - Sebuah penelitian yang dilakukan di Ohio State University menemukan penggunaan vape jangka pendek dapat menyebabkan peradangan sel pada orang dewasa yang tidak pernah merokok. Menggunakan prosedur yang disebut bronkoskopi untuk menguji peradangan dan efek yang berhubungan dengan merokok, para peneliti melaporkan peningkatan peradangan yang dapat diukur setelah empat minggu penggunaan vape tanpa nikotin atau rasa.
Dilansir dari Times Now News, studi ini menunjukkan bahwa penggunaan jangka pendek pun dapat menyebabkan perubahan inflamasi pada tingkat sel. Hasil kajian ini dirilis ketika vape telah memakan korban jiwa akibat kerusakan paru-paru.
"Melalui uji klinis acak dari perokok sehat yang tidak pernah merokok lebih dari sebulan, kami menemukan bahwa peningkatan propilen glikol kemih, penanda asupan inhalasi-rokok-elektrik, secara signifikan berkorelasi dengan peningkatan respons inflamasi di paru-paru," kata penulis utama studi tersebut, Min-Ae Song dari Ohio State University.
Untuk penelitian ini, para peneliti merekrut 30 sukarelawan sehat dan tidak merokok untuk secara langsung menilai dampak penggunaan tembakau dan vape pada paru-paru melalui bronkoskopi, tes rawat jalan di mana dokter memasukkan tabung tipis melalui hidung atau mulut untuk melihat saluran udara. Sampel kecil sel paru-paru dikumpulkan dari cairan di paru-paru. Para peserta diacak untuk intervensi empat minggu dengan vape yang hanya mengandung 50% propilen glikol (PG) atau 50% sayur gliserin (VG) tanpa nikotin atau rasa.
Hasil dari tes ini kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol terpisah yang tidak pernah merokok. Para peneliti tidak melihat tingkat peradangan lebih tinggi dari kontrol, tetapi ada peningkatan peradangan di antara pengguna yang menghirup lebih banyak vape.
Dilansir dari Times Now News, studi ini menunjukkan bahwa penggunaan jangka pendek pun dapat menyebabkan perubahan inflamasi pada tingkat sel. Hasil kajian ini dirilis ketika vape telah memakan korban jiwa akibat kerusakan paru-paru.
"Melalui uji klinis acak dari perokok sehat yang tidak pernah merokok lebih dari sebulan, kami menemukan bahwa peningkatan propilen glikol kemih, penanda asupan inhalasi-rokok-elektrik, secara signifikan berkorelasi dengan peningkatan respons inflamasi di paru-paru," kata penulis utama studi tersebut, Min-Ae Song dari Ohio State University.
Untuk penelitian ini, para peneliti merekrut 30 sukarelawan sehat dan tidak merokok untuk secara langsung menilai dampak penggunaan tembakau dan vape pada paru-paru melalui bronkoskopi, tes rawat jalan di mana dokter memasukkan tabung tipis melalui hidung atau mulut untuk melihat saluran udara. Sampel kecil sel paru-paru dikumpulkan dari cairan di paru-paru. Para peserta diacak untuk intervensi empat minggu dengan vape yang hanya mengandung 50% propilen glikol (PG) atau 50% sayur gliserin (VG) tanpa nikotin atau rasa.
Hasil dari tes ini kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol terpisah yang tidak pernah merokok. Para peneliti tidak melihat tingkat peradangan lebih tinggi dari kontrol, tetapi ada peningkatan peradangan di antara pengguna yang menghirup lebih banyak vape.
(alv)